Musim Semi Di Wajahmu

Musim Semi di Wajahmu

Musim Semi Di Wajahmu

@miakamiya

Musim semi di wajahmu, kontras dengan dinding muram dan wajah-wajah pasai ruangan itu.

Matamu menaruh harapan dan memerangkapku untuk tetap tinggal.

Ruangan yang sama, 

Percakapan yang seirama.

Namun, kaulekas pergi; menaruh kursi.

Aku tergugu pada gelas kopimu yang hampir rengat.

Meski tersirat, aku paham betul kita hanya masa lalu yang perlu menutup pintu.

Aku berdiri pilu melihat punggungmu yang kian menjauh segenggam.

Tanpa saling mengucap nama dan salam perpisahan untukku.

Kini, persamaan kita hanya sebatas melihat senja pada jendela yang berbeda. 

Lampu-lampu kota perlahan lindap, bersamaan dengan suara langkah kakimu yang menghilang di ujung jalan. 

18/9/2021

More Posts from Malamkontemplasi and Others

3 years ago

Bermimpi Malam

Bermimpi Malam

@miakamiya

Di suatu siang dalam suatu majelis berdurasi panjang dan jemu.

Mimpi-mimpi itu kembali menyapaku.

Saat langit pekat dan benderang di matamu, aku tenggelam dalam suaramu yang dalam.


Tags
4 years ago

Unwritten Friendship Rules

The friendship has two unwritten rules. We were strangers then. Have something in common. Becoming friends, then ends in two ways: staying friends forever or being strangers again.


Tags
3 years ago

Nasi Uduk Buatan Mak

image

@miakamiya 

Mirah menatap sepiring nasi uduk sisa dagangan Mak pagi itu. Meski hanya menjual nasi uduk saja, setiap pagi nasi uduk Mak memiliki rasa berbeda.

Entah orek tempe yang agak keras, bawang goreng layu, atau bihun yang kaku. Ya, bihun yang sudah dimasak itu kembali agak kaku dan menempel karena terlalu lama mendiami wadah rantang yang terpapar panas matahari di atas meja dagangan.

Mak, seperti biasa, mondar-mandir antara dapur dan meja dagangan. Mulutnya sibuk mengoceh sejak awal selepas Mirah menyendok nasi uduk dari termos nasi.

“Duit dari mana? Ini Mak susah-susah dagang buat kamu sekolah supaya kamu lekas kerja, Mir.”

“Opo kamu ora kasian liat Mak capek kerja sampe kamu lulus?”

“Bukannya bantuin Mak kerja, kamu malah bilang mau kuliah. Koyok Mak mu ini wong sugih wae.”

Mata Mirah pedih, kupingnya panas mendengar perkataan Mak. Meski begitu, Mirah bergeming.

Mulutnya sibuk mengunyah, sementara matanya menatap kosong sarapannya itu. Nasi uduk pagi buatan Mak selalu terasa hambar akibat ucapan Mak yang itu-itu melulu.

Kenapa musti Mirah yang mengalah, Mak? Apa Mirah tak berhak berusaha dapat yang Mirah mau? Cita-cita bak barang mewah bagi keluarga ini.

Anak-anak dilahirkan seperti hanya sebuah alat untuk menambah kantong pemasukan mereka. Apa aku dilahirkan hanya untuk itu?

Aku tahu aku dilahirkan dari keluarga tak punya, tapi wajibkah aku mengikuti seluruh ucapan mereka? Mereka mengatur hidupku menjadi apa yang mereka dikte.

Mereka menyalahkan takdir miskin yang mereka alami sebab aku dan adik-adikku lahir. Pemasukan mereka harus dibagi untuk kelima anak-anaknya.

Kenapa mereka tidak berusaha mengubah nasib mereka sendiri, sebelum menyuruh orang lain untuk mengubah nasib mereka? Sehingga ketika kami lahir, kami berada di keluarga yang cukup dan pernyataanku, “Mak, Mirah mau kuliah,” tidak menjadi cerita panjang saat sarapan pagiku.

Mak, seandainya Mirah benar angkat kaki, apakah Tuhan langsung melabeliku “anak durhaka”? apakah Tuhan tidak suka dengan hambanya yang ingin sekolah lagi? Apakah Tuhan tak senang melihat hambanya pintar? Apakah Tuhan tak ingin melihat hambanya berusaha mengubah takdirnya?

“Kapan Mak nimang cucu? Bagi Mak sekolah sampai SMA sudah cukup yang penting bisa itung-itungan toh, moco karo nulis. Kalo kamu kuliah kapan Mak istirahatnya, emang kowe ra kasian?”

“Ra usahlah sekolah tinggi-tinggi nanti kamu bakalan kayak Mak, di rumah, di dapur, urus keluarga juga.”

“kalau masih mau lanjut Mak nggak bisa kasih uang buat adek-adekmu sekolah, kamu mau mereka lulusan SD? Dibodoh-bodohi orang nanti, hah?”

“Mak dulu kawin sama Bapakmu umur 17, nggak punya biaya juga buat sekolah, Mak kerja seusia kamu.”

“Nanti apa kata orang, Mak punya perawan tua, kelamaan sekolah, nanti laki-laki di sini nggak mau nikah sama kamu. Kamu mau Mak diomongin sama tetangga, gitu?”

Entah mengapa, setiap kata-kata yang Mak keluarkan, ia menangkap rasa takut dari Mak. Seperti tersirat jika Mirah kuliah ia nantinya akan punya uang dan bekerja di Jakarta setelah lulus. Ia akan meninggalkan Mak dan tak akan kembali ke rumah.

Cuma kata-kata yang menakut-nakuti saja yang Mak keluarkan dan hendak meragukan keinginanku—yang kata Mak hal itu merupakan keegoisanku. Mirah tersenyum getir di sela-sela mengunyah nasi dan orek tempe dalam mulutnya.

Mirah melahap nasi terakhir dan kerupuk sebagai penutup. Ia membawa piring kotor ke dapur, lalu mencucinya. Selepas meletakkan piring dan sendok, Mirah berbalik ke arah Mak yang memunggunginya.

“Mak, Mirah dapat beasiswa kuliah di Jakarta.”

28/8/2020


Tags
3 years ago

Playlist Lagu untuk Para Introver di Pagi Hari

Para introver biasanya kurang begitu suka bersosialisasi dan bertemu banyak orang. Mereka butuh banyak energi untuk melakukan dua kegiatan tersebut.

Jika kamu introver yang punya kerjaan harus ketemu banyak orang, artikel ini tepat untuk kamu baca. Ada beberapa playlist lagu yang bisa kamu dengerin untuk bangun mood dan memupuk energi banyak-banyak selama perjalanan menuju kantor.

1. Mardial, Moneva - U-Turn

2. Marshmello, Bastille - Happier

3. Andy Grammer - Don't Give Up On Me

4. Twin Forks - Cross My Mind

5. Sam Bruno - Search Party

6. Sia - Unstoppable

7. Rachel Platten - Stand By You

8. Sara Bareilles - Brave

9. Clean Bandit, Jess Glynne - Rather Be

10. Troye Sivan - Youth

Yak itu dia, beberapa rekomendasi lagu untukmu para introver di luar sana. Moga bisa menambah energi dan mood kamu, untuk bertahan seharian selama bersosialiasi di tengah masyarakat. Kasih tau juga dong playlist kamu sebelum aktivitas apa aja, komen ya 😁


Tags
4 years ago

Aroma Malam

Aku termangu dalam lautan bintang. Mereka yang terlelap, mereka yang mencumbu, mereka yang berburu binatang buas di hutan, mereka yang berteriak dari ujung peron, mereka yang lirih memuja Tuhannya. Pemuja malam yang tidak mengidolakan jabat tangan dengan orang asing, apalagi beramah tamah dengan musuh berselimut teman, atau rekan kerja mungkin? Kadang akrab, sering menikam dari belakang, tapi saling tersenyum kala jumpa. Menakjubkan. Sandiwara siaran langsung. Menatapnya, mendengarnya bicara, menganalisis mana perkataannya yang sesungguhnya. Aku bukan pemudi yang cekatan menebak ekspresi wajah. Namun, Psikologi mikroekspresi memang menarik dikaji.

Pemuja malam mengisi energi jiwa dengan berlama-lama menatap biru tua ke hitam pekatan, menyatu dengan dinginnya udara. Panas matahari berganti kala warna biru keungu-unguan menuruni celah awan. Perlahan, namun pasti, malam dalam genggaman. Ia menggapai pundak yang lelah. Ia memeluk jiwa yang lemah. Senyap dalam kegelapan yang teduh. Menangis pun tak ada yang tahu. Menggugu malam mengambil alih. Bernapas lega saat kaubuka jendela, dengan aroma malam membara (19/07/2020).


Tags
5 years ago

Single or Jomblo?

Single Or Jomblo?

Sebenarnya apa sih bedanya single dan jomblo? Emang bener katanya single itu pilihan, jomblo itu nasib?

Tapi, persamaannya cuma sama-sama belum punya pasangan aja?

NB: Hai baru aktif nulis lagi. Niatnya mau bikin gerakan rajin menulis blog, “Go Blog”. Kuy daftarlah.... yang jomblo, eh single, eh apapun itu status kalian :)


Tags
4 years ago

Kangen

Kangen

@miakamiya

Belakangan ini rindu banget pengin ketemu teman-teman lama. Bagaimana keadaan mereka? Apa enggak pernah terbersit dalam benak mereka untuk sekadar bertanya kabar saja? Ketika kangen, pasti orang kirim teks ke mereka yang dikangenin. Tapi mereka enggak. Setelah melihat mereka menikah, seperti kehilangan teman jalan, teman curhat, teman gosip, teman otaku, teman ngaji. 

Kebanyakan alasannya sibuk mengurus suami dan anak. Okelah anak, tapi suami? manusia dewasa itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri? Yah, begitulah mayoritas masyarakat, kalau laki-laki tidak bisa masak, tidak bisa setrika baju atau mencuci piring makannya sendiri, dianggap lumrah. Tapi, kalau wanita? jangan ditanya, bakal di-julid-in deh sama emak-emak--sesama perempuan, yang harusnya mengerti, kalau wanita bisa menjadi wanita karier, seorang ibu, seorang istri, maka sepatutnya laki-laki pun bisa berperan ganda.

Anw, balik lagi ke rasa kangen itu. Ada kalanya ketika sudah punya rasa kangen, sudah membayangkan buat ketemuan, melihat kayak apa mereka sekarang. Apa yang sudah mereka lalui tanpa kita di sampingnya. Membayangkan keseruan ngobrol nantinya. Cerita-cerita masa lalu, ketawa-ketiwi ingat zaman masih polos, enggak ada beban, dan tema ngobrolnya enggak jauh-jauh dari kesukaan yang sama, komik, novel, film, games, banyak lagi deh.

Apa mereka sudah lupa itu semua? Kenapa cuma gw yang masih tertinggal sama ingatan itu, sedangkan mereka sudah berlari meninggalkan gw di belakang. Logika menyuruh untuk berdamai dengan masa lalu--maju ke depan. Tapi, kaki rasanya masih berat. Semua kenangan itu terlalu berharga buat dilupakan. Enggak ngerti kenapa mereka dengan mudahnya membelakangi dan kemudian berlari dari semua itu.

Seperti ditinggalkan dalam kota yang terus berubah. Cuma bisa melihat dari kejauhan, orang-orang yang berlalu-lalang--datang dan pergi. Lalu diberitahu oleh musim sudah bergonta-ganti, bahwa semuanya memang sudah berakhir. Aku mengemasi kenangan penuh warna ke dalam koper masa lalu dan mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang yang dulu telah memberikan arti persahabatan dan petualangan.

Kadang merasa kosong, makin enggak suka keramaian, makin tenggelam dengan kesendirian. Kadang menenangkan, tapi sering juga kesepian. At least, mereka bahagia. Melihat teman-teman dekat sudah menjalani kehidupannya, cuma bisa bersyukur, mereka dijaga sama pasangan yang baik.


Tags
7 years ago

Echo

Your voice echo in the sky

Calling my name in such a lovely rhyme

Giving me so much joy

Blissful feeling

 Why it’s only in my dream alone?

Falling, crumble,

Facing cruel reality

A lame excuse to see you

In broad daylight

 Summer feeling when I falling hard for you

Keep my heart skip a beat

High blood rushing to my head to toe

Can you see?

How was my sweat running like flood?

Just for damn you

 How embarrassing it would be

Scared to loosing you

Even tough I’m nobody to you

Even tough you may not know me

    Jakarta, 19-11-2017


Tags
2 years ago

Moksa

@miakamiya

Rapalan doa bersama aroma ratus lamat-lamat ia dengar di suatu gua. Kadang terdengar seperti elegi, tidak jarang seperti kidung penuh luka.

Seorang pria berbaju putih duduk bersila di tengah dalamnya gua. Wajahnya putih bersih. Digenggamannya berputar tasbih berwarna cokelat tua.

Apa yang kutatap kali ini persis seperti dalam mimpiku. Kuucap salam dan ia menjawab salamku sembari membuka mata.

Saat aku akan membuka mulut kembali, ia terlebih dahulu berkata, "Duduklah di sampingku, jika itu yang kaucari." Suara rapalan doa lamat-lamat terdengar jadi dua.

4/2022


Tags
3 years ago

Ketika Hujan Mengulitimu

image

@miakamiya 

Kugenggam sepotong cinta yang telah lama kurawat selama belasan tahun, yang ingin kuberikan hanya kepadamu dengan senyuman dan suara merdu saat menyapamu. Warna cinta yang masih merah bersinar ini  pastinya ‘kan membuat rona pipimu. Mungkin saat itu terjadi, aku menjadi salah tingkah, kikuk, malu dan berdebar-debar jadi satu. Melihatmu adalah alasan bagiku untuk menikmati hidup, untuk semua itu, aku berucap beribu syukur kepada Yang Kuasa.

Sejauh yang kuingat, kita hanya bocah ingusan kala itu. Tidak mengetahui rasa apa itu. Kita hanya kerap bermain bersama. Terkadang tanpa alas kaki, menginjaki rerumputan sembari berpegangan tangan. Kita menari-nari di bawah sinar matahari hingga langit merambat berwarna jingga. Wajahmu yang seakan-akan merona diterpa warna senja—kuning  kemerah-merahan, merah kekuning-kuningan.  

Entah berapa banyak festival kuhadiri bersamamu, demi melihat senyummu merekah. Caramu memanggil namaku yang kerap menggema di dinding hatiku. Saat kita memandang langit malam hari dan kulihat bayanganmu dengan jelas di sana, dan berpikir seperti orang bodoh, apakah kau juga melihat bayanganku sama halnya denganku?

Masih ingatkah kamu, sewaktu duduk di sekolah dasar, kelas 6 tepatnya, kauterjatuh dan aku menggendongmu di punggungku, entah kepada siapa kumemohon, untuk tidak membiarkanmu lepas dari punggungku, dan berdoa sedikit lagi, tolong, biarkan kami tetap seperti ini, sedikit lebih lama lagi.

Tak dapat kutemukan kata yang pas, perasaan apa itu.

Sayangnya, aku mulai menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar itu. That blooming feeling, I must know what it is. Itulah yang kupikirkan, demi mengetahui, kenapa perempuan yang hanya memakai baju tidur saat menonton pertunjukan wayang malam itu, begitu... sempurna.

Aku harus mengurai perasaan apa ini, kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat bersamanya, kenapa aku merasa bahagia saat dia terus berada di dekatku. Kenapa aku ingin keadaan ini terus berlangsung selamanya.

Uke, di mataku kau tak memiliki cela. Mungkin Tuhan telah bermurah hati menutupi aib-aibmu di hadapanku sehingga kukira, kaudikirim oleh-Nya, sebagai malaikat berwujud manusia yang kian membuat indah imajiku terhadapmu. Hal itu pula yang membuat manusia-manusia itu iri kepadamu dan menyebarkan berita tak benar tentangmu. Itu hanya persepsi mereka. Tak jadi soal bagiku.

Ingatlah Uke, ketika kauingin menyerah, saat langit tak lagi bersahabat, saat orang-orang yang kausebut teman, pergi entah kemana. Aku adalah laki-laki yang akan selalu berdiri di sampingmu: seperti tempat berteduh yang kausebut rumah; atau seperti payung yang melindungimu saat hujan.

“Jangan menangis, karena aku ada di sini melindungimu.”

Menurutku, kau adalah Uke, seorang wanita luar biasa yang dicintai oleh laki-laki biasa sepertiku. Aku pun akan tetap mencintaimu, jatuh cinta kepadamu, meskipun kauberwujud kucing, capung, atau kupu-kupu sekalipun. Dan aku akan tetap menyukaimu bahkan hingga di kehidupan-kehidupanmu selanjutnya.

Terima kasih telah lahir ke bumi dan membuat indah hujan rinai ini, bersama warna hijau daun; warna-warni bunga; menambah lengkap latar belakang dirimu berdiri saat ini.

Uke, garis hidup manusia memang gampang-gampang susah ditebak. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bisa takjub memandangimu dari jendela kelasku. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar merasakan keheranan saat kau meminjam penggarisku saat ujian semester saat masa sekolah dulu. Dan karena kejadian kecil itu, aku bisa melihat dengan jelas wajahmu yang putih dan bercak cokelat di sekitar hidungmu yang kecil dan mancung itu. Itulah saat kali pertama kumenyadari perasaan apa itu.

Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar tertawa bersamamu saat kaumulai bertingkah konyol dan lucu. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bertemu denganmu dalam setiap mimpi-mimpiku yang selalu membuatku tertawa dan merasa nyaman, sekaligus juga merasa berbunga-bunga ketika berada di dekatmu. Di mimpiku, kaumilikku seorang, tanpa ada yang mengintervensi, kecuali mimpi terakhirku bersamamu yang membuatku harus cemas ketika terbangun. Kau pergi bersama teman SMA-mu, lebih tepatnya... dia adalah pacar pertamamu.

Mencintaimu, Uke, membuatku menyadari bahwa terkadang hidup itu berat sebelah, hidup itu tidak adil, hidup itu semu, hidup itu... mengecewakan. Membuatku menyadari bahwa cinta itu hanya untuk dongeng-dongeng sebelum beranjak tidur.

Uke, cinta ini telah membumbung tinggi dan dalam seketika tergelincir ke bumi, menjadikanku manusia yang tidak menginginkan lagi mencari cinta, segan bermimpi, dan berangan kosong. Aku pun sempat kuberpikir bahwa perkawinan itu sia-sia untuk orang sepertiku. Pernikahan itu hanya menjadi sebuah kewajiban tanpa esensi bagi manusia dan tidak ada kata tawar-menawar.

Kata “pernikahan” membuatku tergagap, bergidik ngeri, apakah nantinya dapat mempertahankan sebuah perjanjian besar yang menurut orang-orang itu suci. Ya, pernikahan itu suci dan menyempurnakan manusia. Namun, hal yang paling krusialnya adalah, apakah aku dapat mencintai orang lain selainmu, Uke?

Sekarang, tidak ada lagi bidadari dalam mimpiku yang berambut panjang, dengan senyum khasnya, memakai kemeja flanel warna merah dan jeans biru navy, yang membisiki kata-kata lucu dan menyebarkan gelak tawa di seluruh awang-gemawang.

Uke, aku rindu. Biarlah segala kesunyian ini menjadi milikku seorang. Biarlah foto kita yang berukuran 4R saat studi ekskursi ini yang menjadi pelipur laraku. Biarlah siluet punggungmu yang kulihat dari jauh, cukup memenuhi rasa kangenku padamu. Biarlah lagu favorit kita berdua menjadi pengantar tidurku dalam menikmati reminisensi bersamamu.

Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bercanda dan bermain di taman bermain bersamamu, menghabiskan malam setelah jam pulang kantor. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar mengagumimu, mencintaimu, mensyukuri kehadiranmu sebatas sepihak. Cinta yang sedari tadi kugenggam, kini membeku. Takdir telah menuntunku untuk melihat sesosok pemuda yang berjalan ke arahmu dan memakai cincin bermotif senada denganmu.

Takdir jugalah yang membuka mataku bahwa kautelah memilih pria lain. Dalam balutan kebaya berwarna cokelat emas, kautampak semringah bersanding dengannya. Ah, Uke, kenapa harus dengannya? Dia tidak pantas berdampingan denganmu. Kenapa bukan aku? Apa yang menarik darinya? Apa bagusnya dia? Apakah kautidak menyadari, dia tidak dapat mencintaimu, seperti aku mencintaimu?

Tidak dapatkah kaumerasakan setiap perhatianku padamu? Apakah semua cinta yang kuberikan tidak cukup menemukan siapa pria yang tepat untukmu?

Seperti orang idiot, aku menunggumu di tempat yang sama; memandang jendela kamarmu yang masih gelap; sepeda merah yang biasa kaunaiki saat pergi ke sekolah dulu; minimarket tempat kita belanja kudapan saat mengikuti grup belajar dulu; saat-saat aku pernah membohongi diriku sendiri dan berakting seperti teman biasa di depanmu; semua itu ingatanku padamu.

Semua kenangan bahagia itu menyakitkan. Sesakit usahaku untuk meyakinimu ketika menyampaikan rasa sukaku padamu. Waktu kini semakin larut, kini aku menderita insomnia. Aku tahu cinta adalah rasa sakit. Akan tetapi, haruskah aku ‘dihukum’ sekejam ini karena mencintaimu?

Janji yang dulu kita ikrarkan, masih kujaga hingga sekarang. Hangat tanganmu saat kita sama-sama memegang payung ketika hujan turun. sedetik pun tidak akan pernah melupakannya. Jejak aroma parfummu yang tak bisa hilang, masih tersisa pada barang-barang pemberianmu. Takdir kita memang sudah terputuskan, namun hatiku masih sama, mengharapkanmu.

Musim berganti. Kukatakan kepada diriku sendiri, “sudah cukup”. Kini, surat cinta yang pernah kutulis untukmu telah usang. Sia-sia kuselipkan di kotak suratmu. Surat yang berisi pernyataan cintaku yang tulus, di sini, aku berulang-ulang menyatakan cintaku seorang diri di malam yang menyedihkan ini. Berulang-ulang menyatakan, aku menyukaimu lebih darinya, walaupun mungkin hanya sebuah April Mop untukmu.

Meski kutetap bermimpi tentangmu, seperti deja vu, kuterus memanggil namamu lagi dan lagi. Kini semua terasa getir. Selamat tinggal, Uke. cinta pertamaku, perempuan yang telah memberikan warna-warni bagi kedua mataku.

Kutatap kursi kosong di taman tempat kita biasa bermain, tenggelam bersama raut wajahmu yang masih tersenyum manis dalam memoriku. Selamat tinggal, Uke. Wanita yang pernah datang dan pergi membawa sebagian hidupku.

Kau telah memilih.

I softly whisper, wishing your happiness.

Seketika rinai ini menjadi bumerang bagiku. Melunturkan warna merah cinta yang sedari tadi kupegang hati-hati. Rinai itu berubah menjadi hujan deras bersama butiran-butiran air jernih dari sudut mataku. Meninggalkan cinta yang merah pudar dan tak berpendar ini bak diorama satu warna, hitam dan putih, tanpa jejak-jejak kehidupan di situ.

Depok, 2017


Tags
Loading...
End of content
No more pages to load
  • believewithjackysupremacy
    believewithjackysupremacy liked this · 1 year ago
  • zombisastra
    zombisastra liked this · 2 years ago
  • kayyeshhaa
    kayyeshhaa liked this · 2 years ago
  • davemonsieur
    davemonsieur liked this · 2 years ago
  • bibblleee
    bibblleee reblogged this · 2 years ago
  • wardunarian
    wardunarian liked this · 3 years ago
  • dya90
    dya90 liked this · 3 years ago
  • lompatjauh
    lompatjauh liked this · 3 years ago
  • ptryy02
    ptryy02 liked this · 3 years ago
  • si3o0
    si3o0 liked this · 3 years ago
  • penikmatsenyum
    penikmatsenyum liked this · 3 years ago
  • danastriolivia
    danastriolivia liked this · 3 years ago
  • sporadicpeanutoperaapricot
    sporadicpeanutoperaapricot liked this · 3 years ago
  • el-mahesa
    el-mahesa liked this · 3 years ago
  • wanita-bertopeng
    wanita-bertopeng liked this · 3 years ago
  • miroplasi
    miroplasi liked this · 3 years ago
  • muhammadsidik
    muhammadsidik reblogged this · 3 years ago
  • muhammadsidik
    muhammadsidik reblogged this · 3 years ago
  • indaaymf
    indaaymf liked this · 3 years ago
  • arunikaswastamita
    arunikaswastamita liked this · 3 years ago
  • rjzwrite-blog
    rjzwrite-blog liked this · 3 years ago
  • gndrg
    gndrg liked this · 3 years ago
  • diaryanaa
    diaryanaa liked this · 3 years ago
  • nonahariri
    nonahariri liked this · 3 years ago
  • biruabuabu
    biruabuabu liked this · 3 years ago
  • muhammadsidik
    muhammadsidik liked this · 3 years ago
  • tehtarikpanas
    tehtarikpanas liked this · 3 years ago
  • heveluv
    heveluv liked this · 3 years ago
  • malamkontemplasi
    malamkontemplasi reblogged this · 3 years ago
malamkontemplasi - Malam Kontemplasi
Malam Kontemplasi

Ketika pertanyaan "kenapa" terus muncul menjelang tidur, di malam itulah kita sering berkontemplasi, meresapi makna hidup, sebab-akibat perbuatan antara manusia satu dan lainnya. Percaya tak percaya, hukum kausalitas membentuk benang koneksi yang tidak akan berhenti. Saling terjalin membentuk pola kehidupan yang begitu indah terbentang. Lambat laun waktu menjawab pertanyaanmu satu per satu.

20 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags